September 18, 2009

Ada Pelangi di Rumahku

Terima kasih buat sobatku y3s4 atas cardnya. Pelangimu membuat rumahku semakin berwarna dan indah menjelang hari raya.


September 17, 2009

Indonesia...nasib mu kini

Siapa yang tak kenal Indonesia, yang sejak berabad lalu sering di perebutkan oleh para kolonial, karena tergiur akan kekayaan alamnya. sehingga terjadi pertumpahan darah di negeri nan hijau dan tenang, lalu mengubah wajahnya menjadi negeri yang selalu bergolak sampai sekarang. Bencana demi bencana seakan tak pernah absen setia menunggu gilirannya untuk mengguncang negeri ini ? Ada apa gerangan ? apa yang salah dengan negeri tercinta kita ini ? Apa sebenarnya makna dari berbagai bencana ini ? Ujiankah ? atau azab kah ini ?

Belum lama bumi indonesia diguncang dengan gempa berkekuatan 7,3 SR di laut selatan Jawa Barat, yang telah meluluhlantakan Tasikmalaya dan wilayah sekitarnya. Kabar kematian pun menyeruak,dan bangunan berserakan. Belum pupus dari ingatan kita bagaimana dahsyatnya tsunami yang menyapu Aceh, gempa Jogjakarta, lumpur Lapindo dan kemarin banjir bandang melanda Mandaling Natal, Sumatera Utara. Bencana memang selalu memakan korban,kepiluan,dan kesedihan. tapi tentunya dibalik itu semua ada hikmah dan pelajaran yang dapat kita ambil dan patut kita renungkan. karena pada fitrahnya kita adalah hamba Allah yang diberi keistimewaan berupa akal, agar kita selalu memikirkan semua penciptaan Allah yang tak bercacat, yang Allah ciptakan untuk keberlangsungan hidup manusia. Namun, banyak dari kita yang lalai akan hal itu, sehingga merendahkan derajatnya sebagai manusia,hingga diserupakan dengan keladai yang tak punya akal, yang berkali-kali jatuh dalam kubangan dosa yang sama walaupun telah datang peringatan-peringatan dari Tuhannya.

Kita harus selalu berprasangka baik dengan semua ketentuan Allah, Allah yang Arrohman dan Arrohim masih sayang terhadap hambanya yang mau mengadakan perbaikan. Allah masih memperingatkan kita dengan lemah lembut untuk segera bangkit dari kubangan lumpur dosa yang akan menenggelamkan kita semua kelembah hina di dunia dan bahan bakar neraka di akhirat kelak. Jika Allah telah murka terhadap suatu kaum,mudah baginya untuk membinasakan dan menggantinya dengan kaum yang beriman.Na'udzubillah...Tentunya kita tak mau menunggu murka Allah,bukan?. Sesungguhnya Azabnya amat dekat dan teramat pedih,kita tak kan mampu menahannya. Untuk itu,mari kita renungkan bersama dan adakan perbaikan dimulai dari diri sendiri tentunya, InsyaAllah kita dapat memetik hikmah dibalik ini semua dan selamat dari murka Allah.

September 02, 2009

Hikmah Ramadhan

Tidak terasa ya teman, kita sudah memasuki hari ke-12 Ramadhan. Puasa demikian indahnya mengajarkan kita banyak hal. Mulai dari merasakan perihnya rasa lapar yang dialami kaum papa hingga perasaan selalu dilihat oleh sang Pencipta. Sayangnya semua itu acapkali alpa dihayati ketika makanan terhindang di depan kita. Lupa bahwa banyak saudara seiman kita yang kurang beruntung di tempat lain, lupa bahwa di kolong-kolong jembatan sana banyak saudara kita yang hanya berbuka puasa dengan seteguk air sungai,mengais-ngais bekas makanan orang lain guna melepas lapar seharian. Lupa bahwa di belahan negeri sana banyak saudara seakidah kita yang berbuka di bawah desingan artileri dan peluru, di bawah bayang-bayang

kematian, di celah-celah reruntuhan bangunan tempat tinggal mereka, bahkan tidak sedikit dari mereka yang tidak mempunyai sebutir kurma ataupun secuil makanan dan seteguk air untuk menghalau lapar dan haus mereka. Pernahkah hal itu terlintas dibenak kita, saat tegukan air pertama membasahi kerongkongan ? saat cuilan demi cuilan makanan mengisi perut kita di waktu berbuka ?

Kisah salah seorang sahabat Rasulullah patut kita ambil sebagai ibroh/pelajaran , ia dikenal sebagai konglomerat yang dermawan dalam sejarah islam, beliau adalah Abdurrahman bin Auf. ketika salah seorang mengantarkan sepiring makanan berbuka puasa untuknya.Ia tertegun dan menitikkan air mata, menatapi hidangan makanan dihadapannya. Ada apa gerangan ? perlahan ia bergumam parau " Aku ingat Mush`ab bin Umair yang syahid di Uhud. Ia jauh lebih baik dariku. Ketika ia syahid, tidak ada kain yang cukup untuk menutupi sekujur jenazahnya. Sekarang, kesenangan dunia sedang dibentangkan untuk kita. Aku khawatir, balasan amal kita dipercepat Allah di dunia, hingga tidak ada lagi bagian kita di akhirat kelak." Subhanallah, sungguh menarik sekali menyaksikan kisah sahabat ini menangis di depan hidangan berbukanya. Padahal, ia adalah Satu dari sepuluh manusia yang beruntung yang mendapat jaminan surga, tapi masih saja merasa lebih hina dibandingkan dengan orang lain yang tidak mendapatkan jaminan itu. Ia yang terbiasa dengan limpahan harta, namun masih saja terisak menyaksikan sepiring hidangan berbuka puasa. Karena merasa khawatir jika makanan di depannya akan membuat jatah kebahagiaan di akhiratnya akan berkurang.

Tulisan ini tidak bermaksud melarang berbahagia di depan hidangan berbuka kita. Teman-teman berhak untuk berbahagia saat itu. Hanya sekedar mengingatkan dan mengajak untuk menyisakkan waktu sedikit saja untuk merenungi karunia Allah di dalam sepiring makanan berbuka kita. Belajar lebih mensyukuri nikmat Allah karena banyak saudara kita yang tidak seberuntung diri kita yang bisa berbuka puasa dengan damai di tengah-tengah keluarga tercinta, di hadapan aneka hidangan berbuka yang berlimpah dan menggiurkan. Mari kita renungkan sejenak segala kelemahan diri kita dan syukuri segala nikmat Allah yang kita rasakan selama ini. Semoga kita bisa menjadi orang yang pandai bersyukur yang akan mendapatkan balasan kebahagian di dunia dan diakhirat.